Menjadi kaya adalah impian semua orang. Namun
ternyata tidak gampang untuk mewujudkannya. Bahkan sampai beredar ungkapan yang
sangat populer kita dengar yaitu “ Orang Kaya Makin Kaya, Orang Miskin Makin
Miskin”, dimana menggambarkan fakta yang ada di masyarakat kita saat ini.
Kenapa ini bisa terjadi? Hal ini disebabkan banyak di antara kita yang belum MELEK
FINANSIAL. Keprihatinan inilah yang menggelitik seorang INDARI MASTUTI owner Indscript
Training Center untuk menggelar siaran langsung berkaitan dengan hal tersebut, di
Facebook dengan menggandeng FIFIE RAHARDJA. Siaran langsung berdurasi 26 menit
27 detik itu, dilakukan pada hari Senin 13 November 2017 lalu.
Siapa Fifie Rahardja? Mengapa yang digandeng adalah
Fifie Rahardja? Fifie Rahardja adalah seorang womanpreneur yang sukses di
bidang perhiasan emas dan memiliki kepedulian sosial terhadap sesama perempuan.
Beliau sudah berpengalaman mempraktikkan ilmu berkaitan dengan melek finansial
tersebut yang berpatokan pada buku karya Robert Kyosaki berjudul “Rich Dad Poor
Dad”. Selain itu, beliau juga sering mengedukasi para Tenaga Kerja Wanita (TK)
yang bekerja di Hongkong tentang hal yang sama.
Fifie Rahardja mengawali siarannya dengan
menyebutkan pentingnya melek finasial, karena tanpanya akan terjadi banyak
masalah. Hal ini kata beliau sangat berkaitan dengan adanya pola pikir yang ada
pada kita, yaitu pola orang kaya dan pola pikir orang miskin. Penjelasan tentang
ke-2 pola pikir tersebut adalah:
-
POLA ORANG KAYA
Orang yang menggunakan “pola pikir orang kaya”, saat
mempunyai pemasukan sebesar tiga juta dia akan memakai uang tersebut paling
banyak hanya sejumlah tiga juta itu. Namun, saat mendapat pemasukan yang lebih
besar, misalnya lima juta, dia tidak akan mengubah gaya hidupnya dengan tetap
bertahan memakai uang untuk keperluan paling banyak sebesar tiga juta saja.
Lalu dikemanakan selisih dua jutanya? Dia menggunakannya untuk membangun aset,
misalnya untuk berbisnis online.Dan, profit yang didapat dari aset itulah yang
dipakai untuk pemenuhan keinginan.
“Orang kaya
menyimpan kelebihan pemasukan untuk membangun ASET”
-
POLA ORANG MISKIN
Orang yang menganut “pola pikir orang miskin”,
ketika mempunyai pekerjaan dan memiliki penghasilan sebesar tiga juta, ia akan
mempunyai pengeluaran bulanan sebesar penghasilan tersebut, yakni tiga juta.
Apabila di kemudian hari, ia mempunyai peningkatan penghasilan, maka jumlah
pengeluaran bulanan akan mengikuti besarnya penghasilan tersebut. Artinya tidak
ada nilai lebih yang dijadikan aset.
“Orang miskin
langsung menggunakan kelebihan pemasukan untuk memenuhi KEINGINANNYA”
Dari uraian tentang pola pikir di atas, jika ingin
menjadi orang kaya, mau tidak mau harus mengubah pola pikir orang miskin
menjadi pola pikir orang kaya. Fifie Rahardja juga mengatakan bahwa menjadi
kaya bukan mengenai seberapa banyak jumlah uang kita, tapi bagaimana cara kita
mengelola uang tersebut dengan benar.
Beliau juga menyebutkan bahwa mempunyai hutang itu
boleh saja, asalkan memahami cara mengelolanya, karena hutang itu ada 2 macam,
yaitu:
1. Hutang baik.
Merupakan hutang yang digunakan untuk membangun
aset. Dimana aset tersebut akan selalu mengalirkan uang masuk ke dalam
‘kantong’ kita.
2. Hutang jahat.
Hutang jahat adalah pinjaman yang dipakai untuk
memenuhi keinginan kita, bukan pemenuhan kebutuhan.
Jadi, untuk menjadi kaya mulai sekarang pikirkan
bagaimana caranya untuk membangun aset. Lalu apakah aset itu? ASET merupakan
sesuatu yang mempunyai nilai tukar; modal; kekayaan. Namun aset tidak melulu
tentang uang atau materi, karena nilai diri atau value kita itu juga merupakan
aset. Misalnya rumah yang dikontrakkan, HP yang dipakai untuk jualan online,
motor yang dipakai untuk ojek, dan lain-lain, bisa dikategorikan sebagai aset.
Sedangkan rumah tinggal, motor dan HP yang dipakai bukan untuk kepentingan
usaha, akan disebut sebagai kewajiban.
Dalam kesempatan ini, Fifie Rahardja mengutip sebuah
pepatah cina yang mengatakan bahwa uang memiliki empat kaki sedangkan manusia
hanya memiliki dua kaki. Maka jika kita mengejar uang, pasti akan lelah. Agar
uang mengejar kita, maka naikkan nilai diri atau value kita, karena seperti
telah disebutkan di atas bahwa itu juga merupakan aset.
Di akhir acara siaran langsung tersebut, Fifie
Rahardja menyampaikan gagasannya tentang Mall Kaki Lima. Ide itu bertujuan ingin
mengoptimalkan potensi yang ada di Bandung, sehingga kelak Bandung bisa menjadi
kota internasional dengan harga kaki lima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar