Pertama kali kami
menggunakan jasa pengasuh anak adalah di tahun ke-6 perkawinan. Tepatnya di
tahun 2004, di saat Tuhan menganugerahi kami seorang bayi mungil nan cantik
yang kami beri nama Amel. Aku dan suami, sama-sama bekerja, maka kami sangat
membutuhkan seorang pengasuh anak.
Saat itu, Mbak
Supri begitu kami memanggilnya, diboyong ibuku dari kota asalku Temanggung ke
kota Jogjakarta tempat tinggal kami. Dia seorang pekerja keras yang rajin,
jujur, sekaligus sabar. Namun sayang, karena Mbak Supri juga mempunyai seorang
anak yang masih kecil, maka setiap bulan ia minta ijin pulang kampung untuk
menjenguk anaknya. Ijin pulang kampung selama 1 atau 2 hari terkadang molor
menjadi 3 sampai 4 hari dengan berbagai alasan.
Hal tersebut tentu saja sangat merepotkan kami, karena harus mencari orang yang bisa kami titipi Amel selama kami tinggal bekerja. Kami harus membawa Amel ke rumah ibu mertua yang lokasinya sekitar 1 jam dari rumah kami atau ke rumah adik ipar yang jika ke rumahnya memakan waktu 45 menit. Akhirnya hanya sekitar satu tahun kami bertahan dengan kondisi seperti itu, dan menyudahinya karena sungkan kepada ibu mertua yang sudah sepuh juga kepada adik ipar, jika terlalu sering merepotkan mereka.
Hal tersebut tentu saja sangat merepotkan kami, karena harus mencari orang yang bisa kami titipi Amel selama kami tinggal bekerja. Kami harus membawa Amel ke rumah ibu mertua yang lokasinya sekitar 1 jam dari rumah kami atau ke rumah adik ipar yang jika ke rumahnya memakan waktu 45 menit. Akhirnya hanya sekitar satu tahun kami bertahan dengan kondisi seperti itu, dan menyudahinya karena sungkan kepada ibu mertua yang sudah sepuh juga kepada adik ipar, jika terlalu sering merepotkan mereka.
Kami pun berusaha
mencari dan akhirnya mempunyai pengasuh anak yang baru. Kali ini berasal dari
sebuah desa di daerah Klaten. Namanya Yu Yem, usianya sudah setengah baya. Kami
memilihnya karena dia sudah tidak punya tanggungan lagi di rumah. Sudah janda
dan anak-anaknya sudah berumah tangga. Selain itu dari usianya kami berpikir
pasti dia orang yang sabar dan telaten mengasuh Amel. Dia cukup rajin dan
jujur. Namun sayang, dia bukanlah orang yang sabar. Kata-katanya kasar bahkan
tangannya pun tak segan suka mencubit Amel. Kami tahu dari para tetangga yang
melapor.
Tak sampai satu
tahun, kami mengganti Yu Yem dengan pengasuh anak baru, yaitu Mbak Sri yang
berasal dari daerah yang sama. Usianya belum genap 20 tahun. Orangnya rajin dan
sangat sabar dalam mengasuh anak. Dalam asuhannya, Amel menjadi balita yang
montok menggemaskan. Tetapi TAK ADA GADING YANG TAK RETAK. Di balik sikapnya
yang tampak baik itu ternyata Mbak Sri adalah orang yang tidak jujur. Terpaksa
hanya sebentar saja kami mempekerjakannya, karena keluarga kami sangat
menjunjung tinggi nilai sebuah kejujuran.
Untuk sementara kami
pun menitipkan Amel di rumah mertua sambil terus mencoba mencari pengganti Mbak
Sri. Karena sudah beberapa kali gagal mendapat pengasuh anak yang sesuai dengan
harapan, maka kami pun menjadi lebih berhati-hati dalam mencarinya, lebih
selektif demi anak kami tercinta.
Akhirnya, kami
mendapat pengasuh anak yang baru bernama mbak Surti. Usianya 30 tahun. Sudah
menikah dan punya 2 anak remaja, karena dulu menikah muda. Dia berasal dari
sebuah desa di daerah Muntilan. Mungkin ini jawaban dari pinta yang kami
panjatkan pada Tuhan di doa-doa malam kami. Mungkin pula karena kali ini, kami
lebih berhati-hati dalam memilih karena tidak ingin mengalami kegagalan
lagi.
Dalam memilih
pengasuh anak, ada 5 hal yang kami pertimbangkan, antara lain :
1.
Latar belakang
Latar belakang calon pengasuh anak
sangat penting kita ketahui, seperti nama, umur, pendidikan terakhir, alamat,
dan pengalaman bekerja jika ada. Akan lebih baik jika meminta foto copy KTP
untuk disimpan. Kami bahkan meluangkan waktu berkunjung ke rumah sang calon
untuk mengenal lebih dekat keluarganya.
2.
Kepribadian
Pengasuh yang jujur, sabar, dan
periang adalah yang kami idamkan. Jujur dan sabar jadi modal utama dalam
mengasuh anak. Terlebih kami adalah pasangan yang sama-sama sibuk bekerja di
luar rumah. Pembawaan pengasuh yang periang juga tak kalah penting, karena akan
membawa suasana gembira bagi si anak. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang
periang dan percaya diri.
3.
Rapi dan Bersih
Hal ini bisa terlihat dari
penampilan luar calon pengasuh. Badan dan baju terlihat bersih dan rapi,
keringat tidak berbau, kuku dan gigi bersih, rambut tersisir rapi. Ini akan
berimbas pada perawatan anak yang diasuh.
4.
Berpengalaman
(tanggap)
Jika pengasuh memahami perilaku
anak serta cara menanganinya membuat orang tua menjadi tenang ketika
meninggalkan rumah.
5.
Nilai Tambah
Nilai tambah pengasuh boleh jadi
bahan pertimbangan. Dalam hal ini, pengasuh baru kami memiliki nilai tambah
suka bernyanyi dan mendongeng. Dengan nilai tambah tersebut, anak kami tumbuh
menjadi anak yang ceria dan kreatif, serta lebih percaya diri.
Kami bersyukur
mempunyai pengasuh anak seperti Mbak Surti yang memilliki ke-5 hal yang menjadi
bahan pertimbangan kami dalam MEMILIH PENGASUH ANAK, seperti yang telah kami
uraikan di atas. Kami sekeluarga sangat suka padanya, dan faktanya mbak Surti
betah menjadi bagian dari keluarga kami. Bagaimana dengan Anda?
Betul banget nih, kita harus melihat pengasuh apa memperhatikan kebersihan dan kerapian. Karena mengasuh anak tidak jauh dari kebersihan makanan, dan tubuhnya agar terhindar dari penyakit ya mbak..
BalasHapusSalam knal mb. Duh, repotnya cari pengasuh ya. Tp jadi tahu ya tips2 nya berdasarkan pengalaman pribadi.
BalasHapusSo far nggak kepikiran sih nyari pengasuh anak. Semoga kita terus dikaruniai kesehatan dan panjang umur ya... Bisa ngerawat sendiri anak2 kelak..
BalasHapusSaya pernah ngerasain repotnya mencari pengasuh untuk anak waktu masih ada warung pempek dulu. Makanya ketika hamil anak kedua, warung terpaksa tutup karena nggak kunjung dapat karyawan diwarung dan pengasuh juga udah keluar. Salam untuk Amel, ya
BalasHapussaya juga sempat merasakan sulitnya mencari pengasuhyang tepat untuk anak anak mbak, bolak balik ganti pengasuh, akhirnya anak kedua lahir, saya mengalah, dan berhenti bekerja.
BalasHapusWaktu anak² kecil susah banget tuh cari pengasuh. Apalagi saya kerja di luar rumah. Terakhir punya, dia ikut saya lama banget, 19 tahun lamanya. Trus dia resign, engga boleh kerja lagi oleh keluarganya. Yawda...saya engga punya pengasuh deh, anak² juga udah gede...
BalasHapusAlhamdulillah, akhirnya nemu yg cocok. Semoga Mba Surti bisa menjaga Amel dengan baik.
BalasHapusGampang-gampang susah kelihatannya nyari pengasuh itu yaa
BalasHapusPas saya masih bekerja di luar dulu, Ibu saya yang pasang badan untuk jagain si kakak. Emang susah sih nyari pengasuh, Mbak. Saya termasuk yg ga tegaan kalo anak sama orang lain. Pas promil anaknkedua, saya udah mutusin resign. Pengin ngasih anak sendiri plus ga may ngerepotin Ibu lagi.
BalasHapusBtw, smg pengasuh ya langgeng ya. Beruntung lho punya pengasuh yg cocok dan bisa dipercaya. Kadang malah bisa seperti saudara
Ya ampun mbaak, I feel you banget lhooo.. Pada jamannya masih kerja yang namanya drama pengasuh semacam gak selese2 huhuhu.. Sampe milih resign supaya bisa ngurus bocah di rumah
BalasHapusKalau sudah ketemu yang klik emang rasanya bersyukur banget, Mbak. Apalagi jaman skrg susahnyan minta ampun. Nyari pengasuh anak itu udah kayak nyari jodoh aja wkwkwk
BalasHapusMemang syusah ya cari pengasuh< Mbak. Musti banyak pertimbangan yang matang. Karena yang dipegang anak kita jadi enggak bisa sembarangan.
BalasHapusSyukurlah kalau sudah ada yang pas begini. Sampai jadi bagian dari keluarga jadinya.
Aku belum pernah punya pengasuh buat anak-anak. Mungkin karena masih tinggal bareng orangtua, ya. Tapi dengar cerita dari teman-teman, mencari pengasuh anak idaman itu memang bagaikan mencari berlian. Memang harus ekstra hati-hati, ya.
BalasHapusTerima kasih untuk tipsnya, mbak.
BalasHapusmemang sekarang tidak mudah mencari pengasuh yang sesuai dengan kriteria kita.
karena biaya pegasuh juga semakin mahal, akhirnya saya mengalah untuk berhenti bekerja