4 Upaya Melestarikan Bahasa Daerah

 

(Gambar: id.wikipedia.org)

Suatu hari putri saya sedang menjalani Ujian Tengah Semester (UTS), dan saya mendampinginya belajar. Pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, ada bab yang membahas tentang keberagaman masyarakat Indonesia dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Keberagaman tersebut adalah adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat dalam berbagai bidang, yaitu ras, agama dan kepercayaan, suku bangsa, adat istiadat, budaya, latar belakang ekonomi, dan bahasa.

 

Berbicara tentang keberagaman bahasa, diperkirakan, Indonesia memiliki 706 bahasa daerah. Bahasa daerah ini dijadikan sebagai bahasa ibu yang digunakan oleh masing-masing daerah. Ada bahasa daerah Gayo, Melayu, Riau, Betawi, Sunda, Bali, Alor, Ngaju, Banjar, Kutai, Bugis, Asmat, Dani, Jawa, dan masih banyak lagi lainnya.

 

Fungsi bahasa daerah ada tiga seperti yang tercantum pada kesimpulan seminar politik bahasa naional tahun 1975 di Jakarta, yaitu:

-          Sebagai lambang kebanggaan daerah

-          Sebagai lambang identitas daerah

-          Sebagai alat komunikasi dalam masyarakat daerah

 

Sedangkan fungsi bahasa daerah dalam hubungannya dengan Bahasa Indonesia, ialah:

-          Sebagai Pendukung Bahasa Nasional

-          Sumber Kebahasaan yang Memperkaya Bahasa Nasional

-          Sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan Tingkat Dasar

-          Sebagai Pelengkap Bahasa Nasional

 

Namun, bahasa daerah tampaknya sudah semakin jarang digunakan. Bahasa daerah yang merupakan salah satu warisan Indonesia seharusnya dilestarikan justru sudah banyak dilupakan. Bahkan, ada beberapa bahasa daerah yang sudah punah. Guna menghindarinya perlu campur tangan berbagai pihak. Berikut ini beberapa upayanya, yaitu:

 

1.      Menggunakan Sebagai Alat Komunikasi di Rumah

 

Ketika di rumah, sebaiknya anggota keluarga membiasakan diri menggunakan bahasa daerah. Kebiasaan seperti ini bisa juga diberlakukan di sekolah hanya pada hari tertentu saja.

 

2.      Menyelenggarakan Acara Berbahasa Daerah

 

Pelestarian bahasa daerah bisa dilakukan dengan diadakannya acara yang menggunakan tema bahasa daerah, misalnya seminar, konggres, pameran, dan lomba, serta hiburan. Kegiatan ini akan banyak memberikan informasi mengenai bahasa daerah, sekaligus dapat meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakannya.

 

3.      Memberdayakan Media Berbahasa Daerah

 

Menurut catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika, hanya sedikit media massa berbahasa daerah yang saat ini masih eksis kendati kembang kempis. Media lokal itu, antara lain: Mangle (Sunda), Djaka Lodang (Jawa), Panjebar Semangat (Jawa), dan Jaya Baya (Jawa). Jumlah penerbitan media berbahasa daerah makin menyusut karena kalah bersaing dan putusnya regenerasi pembaca mereka. Agar tidak punah keberadaanya, perlu disosialisasikan kepada generasi muda untuk mulai gemar membaca media berbahasa daerah tersebut.

 

4.      Menyusun Kamus Bahasa Daerah

 

Kamus merupakan pedoman dalam belajar bahasa. Adanya kamus berbahasa daerah akan menjadi sarana efektif dalam proses belajar bahasa secara mandiri.

Demikian tulisan saya yang sederhana tentang bahasa daerah dan empat upaya melestarikannya. Semoga bermanfaat.

 

 


8 komentar:

  1. Bungsuku kelas 3 mi bun, juga sedang belajar tentang keberagaman. Heranlah dia ketika kami belajar ada buanyaaak bahasa daerah di negara kita ini.

    Saya juga membiasakan menggunakan bahasa Jawa di rumah. Tapi belum bisa pakai yang basa krama, atau bahasa jawa halus, karena anak masih kesulitan. Apalagi srkarang makin banyak anak tetangga yg dibiasakan bahasa Indonesia. Dengan alasan lebih mudah dipelajari dan universal sopannya. Ada juga yg beralasan daripada salah pakai bahasa jawa ngoko yang kurang halus

    BalasHapus
  2. Kami, saya & suami, sama-sama suku Jawa. Sejak lama menetap di Bandung. Nah bingung deh anak saya yg lahiran Bandung. Di rumah engga bicara bahasa Sunda, tetapi di sekolah ada pelajaran bhs Sunda. Kami ga bisa bantu deh...

    BalasHapus
  3. Sayangnya anak-anakku ga bisa bahasa Jawa, Mbak. Padahal Bapak Ibunya bersuku Jawa. Mereka ngerti sedikit karena aku dan suami berdua masih ngomong Jawa. Tapi karena di Jakarta, sekolah ga ada pelajaran bahasa daerah jadi mereka ga bisa bahasa daerah

    BalasHapus
  4. Yuni kalau di rumah lebih nyaman menggunakan bahasa Madura sih. Hehehe.. Yah, walau kadang juga bisa berbicara dengan bahasa jawa pada kedua orang tua. Maklum. DUlu Ikut merantau bersama kedua orang tua dimana di tempat perantauan lebih banyak orang jawanya ketimbang orang pribumi. Jadi, lebih familiar bahasa jawa. Hehehe

    BalasHapus
  5. Sayangnya emang era sekarang tuh makin susah nyari lingkungan yang masih berbahasa daerah, kalau kita enggak stay di daerah asal. Kayak aku dulu, pas masih di Bandung juga meskipun di rumah hampir selalu berbahasa Jawa tapi anak nggak ngerti karena di sekolah dan lingkungan rumah pake bahasa Indonesia. Soalnya udah heterogen banget .. beruntung sekarang balik ke Jogja lagi jadi mulai ngerti bahasa emaknya hehee.

    BalasHapus
  6. Saya asli Malang dan suami asal kota Surakarta, anak saya hanya bisa berbahasa Ngoko dan sedikit paham bahasa prokem Malang yang ngomongnya dibalik-balik hehe.. tapi sehari hari kita banyak pake bahasa Indonesia karena kebetulan lingkungan rumah memiliki tetangga yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
    Jadi ya untuk bahasa kromo anak-anak kebanyakan gak ngerti hehe..
    Kalau bahasa Malang prokem ngerti artinya tapi gak bisa ngomongnya hehee..

    BalasHapus
  7. Wah, jadi seperti diingatkan, nih.
    Saya dan suami tuh mantan perantau dan pas balik lagi ke Jawa jadi terbiasa pake Bahasa Indonesia. Kadang2 ada Jawanya juga, sih. Tapi si anak jadi lebih terbiasa pake Bahasa Indonesia. Alhamdulillah pas dia udah di pondok pesantren malah akhirnya bisa berbahasa Jawa krama ke kami orang tuanya, hehe. Butuh waktu saja sebenarnya. Tapi bener kok bahwa bahasa daerah juga penting

    BalasHapus
  8. Saya sama suami full pakek bahasa Jawa meskipun udah 8 tahun KTP DKI. Anak-anak saya paham, tapi kurang luwes mengucpkan. Kalau yang kecil karena sejak lahir di Jakarta, ya cuma tahu aja, tapi belum bisa mengucapkan. Dibanding teman-teman saya yang di Jawa, saya sama suami malah Jawa banget karena saban hari pakek bahasa Jawa. Pokok ketemu suami di manapun, ya ngomongnya boso Jowo, kekeke

    BalasHapus

Recent

recentposts

Random

randomposts