Traveling Murmer, Yuk?

 


Bebas dari pekerjaan atau dunia sekolah dalam waktu tertentu? Itulah yang disebut dengan liburan. Di negara kita, selain hari Minggu, liburan biasanya terjadi pada pertengahan tahun atau akhir tahun, pada hari raya keagamaan, serta pada kondisi khusus seperti bencana alam. Masa liburan biasanya diisi dengan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan kembali jasmani dan rohani kita. Kegiatan bisa dilakukan sendirian, bersama keluarga, saudara, atau teman-teman.

 

      Mengisi liburan salah satunya bisa dengan traveling. Traveling tidaklah harus pergi ke suatu tempat yang jauh dan dengan biaya mahal. Sangat bisa dilakukan di sekitar tempat tinggal kita dengan biaya murah, bahkan mungkin tanpa biaya alias gratis. Aku dan putriku pernah melakukannya. Tak kusangka, meskipun murah meriah ternyata pengalaman tersebut sangat berkesan bagi kami.

 

      Saat itu, kami mengunjungi Candi Kalasan. Lokasi candi tersebut tidak jauh dari tempat tinggal kami. Menggunakan kendaraan roda dua, hanya sekitar 30 menit saja sudah sampai ke sana. Jika dari pusat kota, jaraknya sekitar 16 kilometer saja.

 

      Candi Kalasan terletak di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaan Candi ini dapat dikaitkan dengan sebuah prasasti batu berbahasa Sansekerta berhuruf Pranagari yang berangka tahun 778 Masehi. Di dalam Prasasti Kalasan itu disebutkan tentang diperingatinya jasa Maharaja Tejahpurana Panangkaran yang telah membangun sebuah kuil bagi Dewi Tara serta membuat arca Dewi yang kemudian ditahtakan ke dalam kuil yang dinamai “Tarabhawana”, yang sekarang dikenal dengan Candi Kalasan.

 

      Candi ini bercorak Budha dan mempunyai keunikan dibanding candi-candi lain di sekitar candi Prambanan. Seni hias pada candi mempunyai ciri khas, yaitu berupa pola hias sulur gelung yang ditempatkan secara vertikal pada tubuh candi hingga menimbulkan kesan tinggi pada bangunan. Relief terpahat secara halus yang kemudian dilapisi semacam semen pelapis hingga 3 lapis yang saling bertumpuk.

 

      Keunikan lain adalah dijumpainya batu monolit di tangga pintu masuk sisi Timur, yang sering disebut “moonstone/batu bulat”. Candi Kalasan merupakan kompleks bangunan yang terdiri dari bangunan induk yang dikelilingi oleh stupa sebanyak 52 buah yang mengitari batur candi.

 

      Di dalam Prasasti Kalasan, selain tentang Candi Kalasan juga disebutkan tentang pendirian tempat tinggal (asrama) bagi para pendeta dengan menghibahkan desa Kalasan kepada para Sangha. Asrama tersebut dikaitkan dengan bangunan Candi Sari yang berada 500 meter di sisi Timur Laut Candi Kalasan.

 

      Diterangkan dalam prasasti, para penasihat keagamaan wangsa Syailendra menyarankan agar Rakai Panangkaran mendirikan bangunan suci untuk memuja Dewi Tara (Candi Kalasan) dan sebuah biara untuk para pendeta Buddha (Candi Sari).

 

      Saat itu, kami sangat terkesan dan menikmati keindahan bangunan Candi Kalasan. Sangat layak dan menarik untuk dikunjungi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Berbeda sekali  dengan zaman dahulu, yang masih terlihat kotor dan berbau kurang sedap.

 

      Mengapa tempat yang dekat dari rumah dan murah meriah tersebut bisa membuat kami terkesan? Karena ada beberapa hal yang kami dapat dari travelling murmer tersebut, antara lain:

 

-          Hemat waktu dan biaya

Lokasi traveling yang dekat dari rumah tidak membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkan dan melaksanakannya. Biaya pun sangat murah. Tiket masuk komplek Candi Kalasan hanya lima ribu rupiah per orang. Ongkos parkir untuk kendaraan roda dua juga lima ribu rupiah.

 

-          Menambah wawasan & pengetahuan

Candi Kalasan termasuk salah satu bangunan peninggalan bersejarah. Dengan mengunjunginya menjadi bertambah wawasan dan pengetahuan kami tentangnya. Papan-papan keterangan yang berada di sekitar lokasi sangat membantu kami mendapatkan informasi tentang candi itu.

 

 

-          Menikmati keindahan & keunikannya

Bangunan masih terlihat megah meski banyak bagian candi yang belum lengkap. Corak di candi yang menampilkan perpaduan antara Buddha dan Hindu merupakan keunikan tersendiri dari candi Buddha ini. Suasana di sekitar candi pun terlihat hijau dan asri. Selain menikmati keindahan & keunikannya, tentu saja juga membuat kami lebih menghargai peninggalan bersejarah tersebut.

 

-          Menambah keakraban dan kebahagiaan

Traveling murmer yang kulakukan berdua dengan putriku dengan sarana kendaraan roda dua semakin menambah keakraban di antara kami. Kebahagiaan menyertai kami sejak berangkat hingga pulang.

 

      Traveling murmer pun ternyata bisa berkesan bagi kami. Bagaimana dengan kalian? Coba traveling murmer, yuk?

 

*Tulisan ini diikursertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting*

1 komentar:

Recent

recentposts

Random

randomposts